Sabtu, 09 November 2013

Browse Manual » Wiring » » » » » » Cara mencegah order parts berulang

Cara mencegah order parts berulang

HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN AGAR RECOMMENDED PARTS YANG
DIBUAT TERJAMIN KEBENARANNYA.
  1. Kesesuaian parts book yang dipakai dengan unit atau komponen yang akan dikerjakan, dengan penekanan terutama kesesuaian nomor publikasi parts book yang dipakai dengan model dan serial no dari unit atau komponen yang akan dikerjakan. Untuk menjamin ketepatannya pergunakan publication list yang selalu diterbitkan Komatsu.
  2. Pahamilah struktur, fungsi, lokasi, cara kerja dari unit atau komponen yang akan dikerjakan. Pastikan bahwa anda benar – benar telah memahaminya sebelum melangkah selanjutnya.
  3. Kenali dan pastikan terlebih dahulu kondisi unit atau komponen, problem dan jenis kerusakan yang terjadi serta penyebabnya. Hal ini sangat penting dan menentukan tingkat kebenaran dan keakuratan dari ordering terutama jika ordering parts tersebut harus dilakukan tanpa melakukan pembongkaran terhadap komponen yang akan dikerjakan.  
PROSES PENYUSUNAN PARTS RECOMMENDED

Ditinjau dari proses penyusunan parts recommended,  maka parts recommended tersebut dapat disusun berdasarkan kondisi sebagai berikut:
  1. Kondisi sebelum dilakukan disassembling
  2. Kondisi setelah dilakukan disassembling
Uraian penyusunan parts recommended seperti tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1.  KONDISI SEBELUM DILAKUKAN DISASSEMBLING.

Penyusunan parts recommended terhadap masing masing komponen dari unit yang belum dilakukan disassembling seperti ini adalah merupakan suatu hal yang sulit, karena hal ini bersifat pra kiraan dan cukup banyak factor yang mempengaruhinya, sehingga hasilnya sering terjadi deviasi, apalagi bila mana parts recommended tersebut disusun jauh lebih awal dari waktu yang dibutuhkan.
Faktor factor yang menyebabkan terjadinya deviasi ini sebenarnya cukup banyak variasinya, yaitu:
  • Pelaksana yang belum memiliki cukup pengetahuan
  • Penggunaan Parts Book yang kurang tepat
  • Kurangnya kemauan untuk mendapatkan Hystorical Data dari komponen / unit.
  • Kurang teliti dalam pelaksanaan pengecekan terhadap pisik komponen
  • Dan lain - lain.
2.  KONDISI SETELAH DILAKUKAN DISASSEMBLING

Penyusunan parts recommended terhadap unit / komponen yang telah dilakukan disassembling adalah merupakan sesuatu yang ideal, karena pada kondisi setelah dilakukan disassembling, seluruh bagian dari masing masing komponen / parts nya dapat diketahui dengan jelas kondisinya. Dan pada kondisi yang demikian kebutuhan spare parts yang diperlukan dapat dengan mudah disusun, begitu pula timbulnya deviasi dapat ditekan sekecil kecilnya.

PENYEBAB TERJADINYA RE-ORDER PARTS

Reorder parts atau order parts susulan ini dapat terjadi karena beberapa factor yaitu:
  1. Pelaksana tidak menguasai reusable parts knowledge sehingga mengakibatkan: parts yang dimaksud tidak diorder dengan asumsi bisa dipasang kembali, namun sebenarnya kondisi pisik dari parts tersebut sudah tidak mungkin untuk dipasang kembali/harus diganti atau parts yang dimaksud tidak diorder dengan asumsi bisa diperbaiki/direpair untuk kemudian dipasang kembali, tetapi kenyataannya parts tersebut tidak bisa lagi untuk direpair atau sebenarnya memang bisa direpair tetapi terjadi kegagalan dalam proses repairnya.
  2. Terjadinya Re-work atau Re-do in proses
    Pelaksana atau mekanik tidak mengikuti standar teknis pelaksanaan yang benar, terutama saat proses parts evaluation atau pengukuran dan re-assembling, seperti misalnya tidak menggunakan form QA dan shop manual.
  3. Tidak menggunakan measurement tools yang tepat atau menggunakan tools yang rusak. 
  4. Recommended parts dilakukan tidak berdasarkan kondisi phisik/actual, tetapi dilakukan dari “jarak jauh”. 
  5. Recommended parts disusun oleh orang lain dan bukan disusun oleh pelaksana yang telah melakukan pengecekan pisik. 
  6. Terjadinya kesalahan penulisan part number pada waktu pembuatan parts recommended atau kesalahan pada saat input ke system saat proses ordering. 
  7. Terjadinya salah pisik atas parts yang telah disupply (parts number benar sedangkan pisik berbeda). 
  8. Terjadinya kesalahan penggunaan parts book sehingga terjadi ketidak cocokan antara parts number yang diorder dengan serial number unit atau komponen nya. 
  9. Salah menuliskan quantity (ada bagian yang sama tetapi quantity nya tidak dijumlahkan). 
  10. Penyusunan parts recommended dilakukan sebelum komponen dilakukan disassembling
  11. Adanya parts yang hilang dalam penyimpanan atau di kanibal unit lain tetapi tidak diproses penggantiannya. 
  12. Terjadinya gagal repair (komponen yang direpair hasilnya tidak sesuai dengan maintenance standar ) 
  13. Site/customer menjanjikan akan supply parts yang harus diganti, tetapi kenyataan nya gagal supply.
TARGET REORDER
 
Reorder sangat mempengaruhi lead time pelaksanaan overhaul, maka perlu ditentukan target berapa kali reorder ini boleh dilakukan. Idealnya, frekuensi reorder adalah nol (0), tetapi dalam kondisi kondisi tertentu hal tersebut masih sulit untuk dicapai, oleh karena itu ketentuan atau sasaran atas hasil yang menyangkut reorder ini adalah sebagai berikut:

a.  FREKUENSI ORDER PARTS

Frekuensi order parts secara keseluruhan adalah paling banyak 3 (tiga) kali order, dimana orderan yang pertama adalah parts standar overhaul (APL), kemudian order parts kedua adalah additional parts (surcharge parts) dan order parts ketiga (re-order) apabila terjadi kegagalan dalam proses repairing di  local shop.
Dengan demikian target dari reorder yang diijinkan hanya boleh 1 (satu) kali re-order saja, itupun kalau ada komponen yang gagal repair.

b.  WAKTU PELAKSANAAN ORDER PARTS

Pelaksanaan order parts standar overhaul atau APL ideal nya adalah sebelum komponen dilakukan pembongkaran atau disassembling (berdasarkan fixed  plan overhaul), sehingga diharapkan pada saat akan memasuki proses assembling kembali, parts standarnya sudah tersedia. Sedangkan pelaksanaan order parts additional (parts surcharge) dilakukan setelah selesai disassembling, evaluation dan measuring komponen, waktu pelaksanaan order part nya tergantung kebijakan dan kesepakatan bersama sejak komponen di -disassembling, lebih cepat lebih baik.

LANGKAH LANGKAH PENCEGAHAN TERJADINYA REORDER
  1. Dalam setiap penyusunan recommended parts harus disusun berdasarkan hasil pengecekan pisik terhadap komponen yang rusak, dimana perlu atau tidaknya parts tersebut diganti, harus berpedoman kepada guiden reusable parts.
  2. Sebelum memutuskan untuk melakukan repair oleh bengkel luar, pelajari aspek aspek teknis nya terhadap komponen tersebut, dengan maksud agar tidak terjadi kegagalan dalam proses repairing yang dilakukan.
  3. Mengikuti prosedur teknis pelaksanaan dengan benar dan gunakan measurement tools yang yang tepat.
  4. Melaksanakan proses assembling sesuai shop manual dan QA (Quality Assurance), agar tidak terjadi rework in proses sehingga tidak muncul kebutuhan parts baru akibat rework tersebut.
  5. Hindari penyusunan recommended parts dari “jarak jauh”
  6. Recommended parts harus disusun sendiri oleh mekanik yang telah melaksanakan pengecekan / pengukuran dan hindari pending job terhadap orang lain.
  7. Gunakan parts book yang sesuai dengan serial number atas unit atau komponen yang dikerjakan.
  8. Penyimpanan parts baru atau lama / house keeping harus rapih untuk menghindari terjadinya kehilangan – kehilangan.
  9. Usahakan untuk komponen yang masih tertinggal dilokasi lain bisa segera diambil dan paling tidak kondisi pisiknya harus diketahui secara pasti.
  10. Gunakan form canibal apabila akan melakukan proses pinjam meminjam parts atau komponen, agar proses penggantian nya jelas dan tidak membebani unit yang di kanibal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar